Thursday, February 18, 2021

Konsep "Kehidupan yang Baik" menurut Islam

Jika kita membahas "life goals" dewasa ini, maka seringkali tersebut kata "bahagia", "kehidupan yang baik" sebagai jawabannya. Tentu kita perlu menelusuri, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan istilah-istilah yang tersebut di atas dalam pandangan Islam?

Dalam diskursus ekonomi Islam, terdapat penjelasan yang mungkin memberi jawaban mengenai tujuan, dan parameter dari tujuan tersebut. Tujuan konsep ekonomi Islam sendiri yakni: Merealisasikan "kehidupan yang baik" (al-hayâh al-thayyibah) dengan segala unsurnya dalam kehidupan manusia, baik sejak kanak-kanak, hingga tua, dalam segala keadaan, baik sehat, atau sakit, baik sebagai individu, ataupun kelompok.

Kemudian, yang butuh penjelasan atasnya adalah, apa yang dimaksud "kehidupan yang baik" tersebut? Hal ini -semoga- bisa menjawab terkait parameter dari tujuan kehidupan yang telah kita sebutkan sebelumnya. Dalam pandangan Islam, terdapat dua unsur untuk merealisasikan "kehidupan yang baik" tersebut -yang kemudian, hal ini membedakan Islam dengan pandangan hidup lainnya-, yakni unsur materi, dan abstrak (non-materi).

1. Unsur materi

Allah telah menyiapkan dunia sebagai tempat bagi manusia untuk bersenang-senang, dan memanfaatkannya. Pandangan ini berlawanan dengan konsep dari sebagian kelompok yang menganggap dunia sebagai musuh, harus dijauhi, dan dunia menjauhkan manusia dari penciptanya. Dunia bagi manusia menurut Islam adalah tempat kita beramal, dan dimanfaatkan. 

Terdapat beberapa unsur materi:

a. Makanan, dan minuman

Manusia telah diberi kebebasan untuk menikmati makanan, dan minuman yang ia senangi. Sebagaimana, dahulu Rasulullah ﷺ juga memiliki makanan kesenangannya. Beliau ﷺ menyenangi daging di bagian lengannya, juga menyukai makanan yang manis. Maka, manusia pun perlu untuk mencari kesenangannya pada hal-hal ini, dan Allah tidak menuntut, kecuali syukur atas makanan, dan minuman lezat yang kita nikmati.

Q.S 5:88

وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اَنْتُمْ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ 

Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

b. Pakaian, dan perhiasan

Q.S 7:26

يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْاٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ 

Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. 

Allah menyebutkan pakaian, yakni sesuatu untuk menutup aurat kita, dan hal ini termasuk ke dalam kebutuhan primer, serta perhiasan yang menjadi pelengkap dalam ayat ini. Ayat ini mengisyaratkan, bahwa Allah mengadakan, dan menginginkan sesuatu yang melebihi dari "sekedar" penutup aurat bagi manusia. Sehingga manusia perlu juga untuk memakai pakaian, aksesoris yang indah.

c. Tempat tinggal

Q.S 16:80

وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْۢ بُيُوْتِكُمْ سَكَنًا 

Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal

Di antara doa Rasulullah ﷺ  adalah: "Allahummaghfirlî dzanbî wa wassi' lî fî dârî wa bârik lî fî rizqî " (Ya Allah, ampunilah dosaku, luaskanlah untukku rumahku, dan berkahilah rezekiku).

Rasulullah mengumpulkan ampunan, rumah yang luas, dan rezeki di dalam doanya, mengisyaratkan bahwa Rasululah ﷺ juga menyukai rumah yang lapang.

d. Kendaraan

Rasulullah ﷺ menyebutkan kendaraan yang baik (المركب الصالح) sebagai salah satu unsur kebahagiaan. Maka, tidak mengapa jika manusia menyukai mobil, motor, sepeda, dan kendaraan lainnya yang bagus, karena ia memang salah satu unsur kebaikan duniawi yang bisa kita manfaatkan.

e. Kehidupan berkeluarga

Q.S 30:21

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. 

f. Rekreasi

Yakni, rekreasi yang bersifat mubah/boleh, seperti mendengar lagu, olahraga, bercanda, atau permainan-permainan lainnya yang dapat memasukkan rasa bahagia ke dalam hati. Sebagaimana, Rasulullah ﷺ juga bercanda, dan bermain dengan istrinya dengan berlomba lari, mendengarkan nyanyian dari budak perempuan di rumahnya, menonton gulat bersama Sayyidah Aisyah di Habasyah. Maka, bentuk hiburan-hiburan yang mendatangkan kesenangan perlu untuk dilakukan, selama ia bukan hiburan yang diharamkan, yang merusak nilai akhlak islami.

g. Keindahan, dan perhiasan

Q.S 7:32

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللّٰهِ الَّتِيْٓ اَخْرَجَ لِعِبَادِهٖ وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزْقِۗ قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِۗ  كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ 

Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, “Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui.

Allah mengingkari orang yang mengharamkan perhiasan dalam ayat tersebut. Perhiasan sendiri adalah sesuatu yang tidak memiliki "manfaat" layaknya makanan, pakaian, ia hanyalah tambahan. Namun syariat ternyata tidak hanya memerhatikan sesuatu yang memiliki "manfaat", akan tetapi perhatiannya meliputi sesuatu yang "bermanfaat", juga yang bersifat "keindahan" walau ia sekunder. Hal-hal ini bisa menanamkan rasa keindahan pada hati manusia.

2. Unsur non-materi

Unsur abstrak lah yang membedakan worldview Islam dengan yang lainnya. Islam tidak hanya meliputi unsur fisik/materi saja. Terdapat sebagian orang yang memiliki rumah yang bagus, pasangan yang cantik/tampan, pakaian yang bagus, namun tidak menemukan kebahagian. Mengapa? Karena, ia baru memenuhi unsur materi dalam kehidupannya.

Dalam worldview Islam, jiwa yang bersih, dada yang lapang, dan hati yang tenang merupakan asas dari "kehidupan yang baik". Dinamakan asas, berarti ia yang menopang unsur yang lain.

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, seorang sahabat mengisahkan, "Kami sedang berada dalam suatu majlis, dan Rasulullah ﷺ datang, lalu kami berkata, 'Wahai Rasul! Kami melihat jiwamu bersih' lalu Rasulullah menjawab 'ya,' kemudian sekumpulan sahabat membicarakan tentang perkara kekayaan. Rasulullah berkata, 'Kekayaan tidaklah mengapa bagi orang yang bertakwa kepada Allah. Namun, kesehatan lebih baik daripada kekayaan, dan jiwa yang bersih merupakan bagian dari kenikmatan.'"

Hadis ini mengisyaratkan beberapa hal, di antaranya bahwa ternyata terdapat unsur-unsur lain yang lebih penting dalam kehidupan dibandingkan dengan kekayaan -walau ia adalah sesuatu yang baik-, di antaranya kesehatan, jiwa yang bersih.

Menisbatkan materi sebagai tujuan utama kehidupan adalah sebuah kesalahan. Al-Qur'an telah mengisahkan bahwa ada manusia yang bernama Qarun yang hartanya begitu banyak, namun hidupnya berakhir tragis terkubur ke dalam tanah bersama hartanya.

Terdapat hadis yang menjelaskan sejelas-jelasnya bagaimana worldview muslim dalam melihat dunia, dikatakan, "Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya. Dan Allah jadikan kemiskinan di antara dua matanya (tidak pernah merasa cukup), padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan di dalam hatinya (selalu merasa cukup), dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah, hina (tidak bernilai di hadapannya)."

Kesemuanya mengisyaratkan pada kita, bahwa kebahagiaan tidak terletak hanya pada banyaknya materi. Namun keimanan, dan amal salih

Q.S 16:97

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ  

Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Referensi:
Daur al-Qiyâm wa al-Akhlâq fi al-Iqtishâd al-Islâmî

No comments:

Post a Comment

Bunga Bank

  Mesir sedang mengalami keterpurukan ekonomi di bulan Maret 2022 ini. Nilai tukar mata uang Mesir, Egyptian Pound (EGP), terhadap dollar me...