Abu Utsman at-Taimi mengisahkan, suatu saat ada seorang laki-laki yang melihat seorang rahib perempuan, dan ia begitu cantik. Kemudian, laki-laki tersebut mendekati, dan menggodanya. Rahib itu kemudian menolak, dan berkata, "Jangan engkau ditipu oleh apa yang engkau lihat, sesungguhnya di balik itu semua tidak terdapat nilai apapun", namun laki-laki tersebut menolak untuk menjauhinya, kemudian memperkosanya. Saat hal tersebut berlangsung, di samping perempuan itu terdapat bara api, kemudian ia meletakkan tangannya di sana, dan membakar tangannya sendiri. Setelah laki-laki itu selesai memperkosanya, ia bertanya pada perempuan tersebut atas sebab ia membakar tangannya. Perempuan itu menjawab, "Saat engkau memaksa, dan memperkosaku, aku takut bahwa aku juga ikut merasakan kenikmatan, dan aku ikut dalam maksiat bersamamu, maka aku melakukan sebagaimana yang engkau lihat.", laki-laki itu berkata kemudian, "Demi Allah, aku tidak akan bermaksiat kepada Allah lagi!", kemudian ia bertaubat.
Kisah selanjutnya dari Husain bin Muhammad ad-Daighani, suatu saat, beberapa raja sedang keluar untuk berburu, kemudian ada seorang raja yang memisahkan diri, dan melewati sebuah kampung. Kemudian, ia melihat seorang perempuan cantik, lalu ia menggodanya. Perempuan itu berkata, "Aku sedang dalam keadaan kotor, biarkan aku membersihkan diri dahulu, kemudian aku akan datang kepadamu.", kemudian ia masuk ke rumahnya. Setelah itu, ia keluar lagi untuk memberikan raja tersebut sebuah buku, dan berkata, "Baca-baca lah buku ini sampai aku selesai.", kemudian raja tersebut membacanya, dan menemukan di dalamnya keterangan tentang ancaman Allah terhadap pezina. Kemudian ia meninggalkan perempuan tersebut, dan pergi.
Setelah itu, suami dari perempuan tersebut pulang, dan perempuan itu menceritakan kisah tadi. Suami tersebut ketakutan karena istrinya baru saja membuat seorang raja pergi. Kemudian, suami tersebut meninggalkan istrinya. Keluarga dari perempuan tersebut mengadukan pada raja mengenai seorang suami yang meninggalkan istrinya, dan berkata, "Kami memiliki tanah (maksudnya adalah perempuan tersebut), dan kini berada di tangan lelaki ini. Akan tetapi, ia tidak menumbuhkan tanah tersebut, dan tidak juga mengembalikannya pada kami, dan ia telah menyia-nyiakannya.", raja berkata kepada laki-laki tersebut, "Apa yang akan kamu katakan tentang hal ini?", laki-laki itu berkata, "Aku melihat terdapat singa di tanah tersebut, dan aku takut untuk memasukinya (maksudnya, ia takut terhadap peristiwa raja dan istrinya).", saat itu, baru paham lah raja akan apa yang sebenarnya terjadi, kemudian raja berkata, "Tumbuhkan lah tanahmu tersebut! Sesungguhnya, singa tersebut tidak akan memasuki tanah tersebut, dan sungguh, sebaik-baik tanah adalah tanahmu!"
Kisah terakhir, suatu saat seorang pemuda mencintai seorang budak Arab, budak tersebut cantik, dan cerdas. Ia terus berusaha menggoda perempuan tersebut, hingga akhirnya mereka bertemu di suatu malam yang amat gelap. Pemuda tersebut berbincang-bincang dengan perempuan itu, dan berkata, "Sungguh, aku amat rindu, dan cinta kepadamu.", perempuan itu berkata, "Aku pun begitu.", pemuda itu berkata, "Sungguh malam telah mulai pergi, dan waktu subuh (pagi) telah mendekat.", perempuan itu berkata, "Begitu juga bagaimana syahwat pergi, dan menghilang lah rasa nikmat.", pemuda itu berkata, "Bagaimana kalau kamu mendekat padaku sekarang?", perempuan itu menjawab, "Tidak! Aku takut menjauh dari Allah.", pemuda itu kemudian berkata, "Lalu, apa yang mendorongmu untuk mau bersamaku di sini sekarang?", perempuan itu menjawab, "Kemalangan, dan ujian!" (Maksudnya, perempuan tersebut sempat khilaf), pemuda itu kemudian berkata, "Kapan aku bisa melihatmu lagi?", perempuan itu menjawab, "Aku tidak akan melupakanmu. Tapi aku tidak akan bertemu denganmu seperti ini lagi.", kemudian perempuan itu pergi. Pemuda itu berkata, "Maka, aku malu atas apa yang telah aku dengar. Sungguh sial rasa cinta yang telah mendatangkan kebutaan."
Sumber: raudhah al-muhibbin wa nuzhah al-musytaqin
No comments:
Post a Comment