"و لم يكمل من النساء إلا مريم بنت عمران و آسية امرأة فرعون"
“Tidak ada perempuan yang sempurna, kecuali Maryam binti ‘Imran, dan
Asiyah istri Fir’aun”
Nama Asiyah mungkin
tidak kita dengar sesering mendengar nama ketiga perempuan terbaik lainnya yang
disebut oleh Rasulullah ﷺ :
Maryam binti ‘Imran, Fathimah binti Muhammad, dan Khadijah binti Khuwailid -radhiya
Allahu ‘anhunna-. Asiyah merupakan perwujudan dari seorang perempuan yang
kuat luar biasa. Karena kekuatannya, Rasulullah ﷺ sampai mengelompokkannya ke dalam perempuan terbaik di dunia
ini.
Setiap manusia diuji
dengan ujian yang berbeda-beda. Asiyah adalah contoh perempuan yang diuji oleh
suaminya. Ia memiliki suami yang merupakan musuh Allah terbesar di muka bumi
ini, Fir’aun.
Jihad Turbani dalam
kitabnya, Miah min ‘Uzhamâ Ummat al-Islâm Ghayyarû Majrâ
al-Târîkh, mengatakan bahwa terdapat dua pelajaran penting dalam kisah
Asiyah:
1. Pelajaran bagi
laki-laki yang meremehkan perempuan. Bahwasanya terdapat perempuan yang mampu
menundukkan penguasa terkuat, dan terzalim di muka bumi ini (Fir’aun).
Sehingga, kekuatan tidaklah tersembunyi di balik jenis kelamin, namun ia berada
di balik imannya seseorang.
2. Kisah Asiyah seakan
memberi kabar gembira kepada istri mana pun dari generasi setelahnya, bahwa ujian
bisa Allah datangkan dari mana pun, termasuk dari suami, dan jika ia mampu
bersabar, maka Allah angkat derajatnya setinggi-tingginya layaknya Asiyah.
Jangan bersedih, dan putus asa terhadap keadaan jika kita menemukan keadaan
layaknya Asiyah. Selain itu, Asiyah adalah istri dari seorang raja yang
kekuasaannya tak tertandingi, dengan harta berlimpah. Namun, ia memilih jalan yang sulit, karena bagi Asiyah, kebahagiaan sejati bukanlah ada pada harta, dan perhiasan, namun pada iman.
Kisah tentangnya dimulai
ketika Asiyah menemukan peti yang dihanyutkan ibu Musa –‘alaihissalam-
di sungai Nil. Kisah ini bisa dibaca di QS Al-Qasas:7-13. Setelah ia didik Nabi
Musa di istana Fir’aun, Asiyah pun ikut beriman dengan dakwah dari Nabi Musa.
Kondisi ini membuat Fir’aun kaget, dan berang bukan main. Maka, Fir’aun
memberikan pilihan kepada Asiyah untuk dihukum, atau kembali kufur, keluar dari
Islam. Asiyah memilih untuk dihukum, dan mempertahankan keimanannya.
Siksaan yang diterima
oleh Asiyah bukan main mengerikannya. Fir’aun memerintahkan algojonya untuk
melemparkan Asiyah ke tanah, lalu mengikatnya ke empat pasak. Ia meletakkan
penggiling di atas dadanya, kemudian Asiyah juga dilemparkan batu yang
menghancurkan tulang-tulangnya. Di situasi yang manusia normal tidak bisa
membayangkannya tersebut, ia melantunkan doa paling menakjubkan dalam sejarah,
hingga Allah abadikan dalam Al-Qur’an QS At-Tahrim:11
قالت
رب ابن لي عندك بيتا في الجنة و نجني من فرعون و عمله و نجني من القوم الظالمين
Ia berkata, “Ya
Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan
selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum
yang zalim”
Asiyah memilih kata عندك (di sisi-Mu) dahulu sebelum kata بيتا (rumah), pikirannya tertuju untuk berada di
sisi Allah dahulu. Akhirnya, wafatlah Asiyah binti Muzahim, dan ia menjadi
salah satu pemimpin perempuan di surga sebagaimana yang Rasulullah ﷺ kabarkan.
Sumber: Miah min ‘Uzhamâ
Ummat al-Islâm Ghayyarû Majrâ al-Târîkh
No comments:
Post a Comment