Monday, April 26, 2021

Apakah Cinta Merupakan Perkara yang Berada di Bawah Kuasa Manusia?

 Ibnul Qoyyim dalam Raudhah al-Muhibbîn mengatakan bahwa terdapat dua pandangan yang berbeda dalam melihat perkara cinta. Apakah ia merupakan perkara yang muncul tanpa bisa kita kendalikan ataukah ia merupakan perkara yang bisa kita kendalikan?

Pendapat pertama yang mengatakan bahwa cinta merupakan perkara yang muncul begitu saja tanpa bisa kita kendalikan menyerupakan cinta seperti rasa lapar atas makanan dan dahaga pada air. Manusia tidak bisa mengontrol rasa lapar dan hausnya. Ia datang begitu saja.

Seorang pemuda datang dan berkata kepada Umar bin Khatthab, "Wahai pemimpin! Aku telah melihat seorang perempuan dan aku jatuh cinta padanya," Umar menjawab, "Hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak bisa kamu kendalikan."

Golongan ini juga berpendapat dengan hadis riwayat Bukhari mengenai kisah Barirah dan Mughits. Mereka merupakan sepasang mantan suami-istri. Namun Mughits (mantan suami) masih mencintai Barirah dan terus mengikutinya dengan berharap cintanya. Rasulullah berkata kepada pamannya, Abbas, "Wahai Abbas, tidakkah engkau takjub melihat bahwa Mughits begitu cinta pada Barirah dan Barirah betapa benci pada Mughits?" Kemudian Rasulullah berkata kepada Barirah, "Apakah engkau ingin rujuk dengannya (Mughits)?" Barirah berkata, "Apakah engkau memerintahkanku demikian?" Rasulullah berkata, "Tidak, aku hanya menjadi perantara," Barirah berkata, "Aku sudah tidak ada keinginan dengannya."

Dari hadis ini, Rasulullah tidak melarang rasa cinta Mughits, karena ia merupakan perkara yang di luar kendalinya, tidak bisa ia kontrol.

Sedangkan, pendapat yang berkata bahwa cinta merupakan perkara yang berada di bawah kuasa manusia berkata bahwa menuruti cinta merupakan bagian dari menuruti hawa nafsu yang Allah telah larang. Maka, mustahil jika Allah memerintahkan sesuatu yang tidak bisa manusia kendalikan.

و أما من خاف مقام ربه و نهى النفس عن الهوى

فإن الجنة هي المأوى

Dan adapun yang takut kepada Tuhannya dan mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsunya. Sesungguhnya surga adalah tempat kembalinya (QS an-Naziat:40-41)

Allah juga mencela orang yang mencintai sampai menjadikan orang yang dicintainya tersebut sekutu bagi Allah. Allah melarang hal tersebut karena cinta merupakan perkara yang bisa kita kendalikan. Mustahil Allah melarang sesuatu yang di bawah kendali kita.

Ibnul Qoyyim menengahi dua pendapat ini dengan berkata, "Bahwa sebab-sebab dari munculnya rasa cinta merupakan perkara yang bisa manusia kendalikan. Melihat seseorang, menemuinya, dan memikirkannya merupakan hal yang menjadi pilihan manusia itu sendiri. Adapun, jika ia melakukan sebab-sebab yang bisa memunculkan rasa cinta tersebut, maka akibatnya (rasa cinta itu sendiri) merupakan sesuatu yang ia tidak bisa dikendalikan."

Hal ini sebagaimana orang yang sedang mabuk. Meminum khamr merupakan perkara yang berada di bawah kontrolnya. Ia merupakan pilihannya sendiri. Adapun, akibatnya (yaitu mabuk) adalah sesuatu yang tidak bisa dikendalikan.

No comments:

Post a Comment

Bunga Bank

  Mesir sedang mengalami keterpurukan ekonomi di bulan Maret 2022 ini. Nilai tukar mata uang Mesir, Egyptian Pound (EGP), terhadap dollar me...